
DAIRI – Jalan kecamatan penghubung Desa Pasir Mbelang dengan Desa Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dikeluhkan masyarakat. Pasalnya jalan penghubung antar desa tersebut, mengalami rusak dan amblas sejak lama.
Akibatnya, transportasi menjadi terganggu, karena kendaraan seperti mobil truk yang akan mengangkut sarana produksi pertanian, seperti pupuk dan hasil pertanian milik petani tidak bisa melintas.
“Jalan mengalami amblas hampir 10 tahun lebih, tapi sampai sekarang tidak pernah dilakukan perbaikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dairi. Padahal sudah kami sampaikan melalui rapat Musrembang Desa dan kecamatan,”kata Bonitra Sinulingga kepada wartawan, Rabu (12/2/2020)
Kerusakan jalan juga membuat harga hasil pertanian terutama komoditas jagung yang merupakan hasil unggulan di dua desa tersebut menjadi murah harganya, bila dibanding dengan desa lainnya yang berada di Kecamatan Tanah Pinem.
“Agen atau toke pengumpul hasil pertanian membeli dengan harga murah, dengan alasan kondisi jalan rusak. Biaya pengangkutan menjadi mahal dan itu terpaksa dibebankan kepada petani dengan membeli hasil pertanian lebih murah. Selisih harganya bisa mencapi Rp. 200-300 per kilogramnya dengan desa lain.”sebut Bonitra.
Menurut Bonitra, sebentar lagi musim tanam di desanya akan dimulai dan informasinya distribusi pupuk bersubsidi kepada petani minggu depan akan mulai dilakukan. Namun akibat kondisi jalan yang rusak dan amblas dipastikan kendaraan yang akan mengangkut pupuk akan mengalami kesulitan melintas.
“Jadi kami meminta kepada Pemkab Dairi melalui dinas terkait, agar segera melakukan perbaikan secepatnya. Minimal dibuat jembatan darurat, sehingga mobil truk bisa melintas,”ujar Bonitra.
Hal senada juga disampikan, Marga Pinem warga Pasir Mbelang. Disebutkannya, kondisi jalan yang rusak dan amblas akan semangkin parah jika musim penghujan turun. Dimana jalan akan becek dan berlumpur, membuat jalan sulit dilalui kendaraan baik itu roda dua maupun mobil.
“Jalan akan menjadi licin, warga yang akan mengangkut hasil pertanian dari ladang maupun yang akan dijual ke pasar (pajak) terpaksa melangsir menggunakan sepeda motor yang dimodipikasi seperti trail. Dimana rodanya dipasang rantai agar bisa melintas di jalan yang berlumpur,”ujarnya.
Menurut Pinem, Akibat jalan rusak dan amblas sekarang ini harga jagung di desanya lebih murah, yakni Rp.4.100 per Kg. Padahal di desa lain bisa mencapai Rp 4.300 per Kg.
“Hasil yang didapat kadang tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan para petani, karena untuk ongkos melangsir pupuk, petani dikenakan biaya Rp. 10.000 per saknya,”sebut Pinem.
Ditambahkan Pinem, bila tidak segera dilakukan perbaikan. Kerusakan jalan dikhawatirkan akan semangkin parah dan terancam putus. Imbasnya masyarakat petani semangkin kesulitan dan ekonomi masyarakat yang bergantung pada hasil pertanian terganggu.(Kiim)